BMKG Sebut Saat Nataru 2023, Akan Mengalami Cuaca Ekstrem

MSS NEWS – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan bahwa periode Natal-Tahun Baru (Nataru 2023) berpotensi mengalami cuaca ekstrem. Hal ini disebabkan fenomena, anomali, hingga dinamika atmosfer yang terjadi secara bersamaan.

“Adanya potensi cuaca ekstrem pada saat mudik Nataru sampai arus balik. Padahal dari hasil survei Kemenhub, diprediksi akan terjadi kurang lebih 40 juta orang mobile, bergerak selama periode Nataru,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam jumpa pers yang disiarkan via akun Youtube BMKG.

“Dari monitoring yang dilakukan BMKG, kami mendeteksi perkembangan kondisi cuaca yang sangat berpotensi menjadi ekstrem yang dipicu oleh berbagai fenomena, anomali, dinamika atmosfer yang terjadi secara bersamaan. Biasanya satu per satu. Tapi ini ada empat fenomena yang terjadi secara bersamaan,” kata dia menambahkan.

4 Fenomena yang Sebabkan Cuaca Ekstrem

Menurut Dwikorita, fenomena pertama adalah meningkatnya moonson Asia, yang menyebabkan pertumbuhan awan hujan yang mencolok di wilayah barat, tengah, dan selatan Indonesia.

“Kedua adanya intensifikasi atau semakin intensifnya fenomena seruakan dingin Asia, yang dapat meningkatkan kecepatan angin permukaan di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan, serta meningkatkan pembentukan awan-awan hujan menjadi lebih intensif di sekitar Kalimantan, Sumatra, Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara,” katanya.

Ketiga, merupakan adanya indikasi pembentukan pusat tekanan rendah di sekitar wilayah perairan selatan Indonesia, yang dapat menyebabkan percepatan pertumbuhan awan konvektif yang agak besar.

“Fenomena ini juga berpotensi menyebabkan hujan dengan intensitas tinggi yang dikhawatirkan dapat menjadi ekstrem, “dan juga terjadinya peningkatan kecepatan angin permukaan dan tinggi gelombang di sekitarnya,” kata Dwikorita.

Keempat, adanya aktivitas gelombang di atmosfer, seperti Madden Julian Oscillation (MJO). Ini adalah kejadian di mana awan hujan bermigrasi dari Samudra Hindia di sebelah timur Afrika ke Samudra Pasifik.

“Jadi melintasi Samudra Hindia menuju Samudra Pasifik tetapi melewati kepulauan Indonesia,” ujarnya.

“Bersamaannya empat aktivitas itu maka dikhawatirkan atau berpotensi mengakibatkan cuaca ekstrem di berbagai wilayah Indonesia terutama di bagian selatan sampai bagian tengah dan timur,” kata Dwikorita lagi.

BMKG juga membuat estimasi berbasis dampak berdasarkan proyeksi tersebut. Akibatnya, dari 21 Desember hingga 23 Desember, ada 12 provinsi di Indonesia yang memerlukan peringatan cuaca ekstrem. 12 provinsi itu adalah:

  1. Sebagian wilayah Aceh.
  2. Sebagian wilayah Sumatra Utara.
  3. Sebagian wilayah Riau.
  4. Sebagian wialyah Jawa Barat.
  5. Sebagian wilayah Jawa Tengah.
  6. Sebagian wilayah Jawa Timur.
  7. Sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur.
  8. Sebagian wilayah Kalimantan Barat.
  9. Sebagian wilayah Kalimantan Timur.
  10. Sebagian wilayah Kalimantan Utara.
  11. Sebagian wilayah Maluku.
  12. Sebagian wilayah Papua.

“Kemudian khusus tanggal 24 Desember (ada) potensi siaga dari prakiraan berbasis dampak, diprediksi di sebagian wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Jadi tanggal 21 sampai 23 ada 12 provinsi, tanggal 24 ada empat provinsi,” kata Dwikorita.

Selain itu, Dwikorita menambahkan pada 25 Desember lalu ada 11 provinsi yang berpotensi hujan lebar hingga ekstrem.
Sebanyak 11 provinsi itu adalah:

  1. Banten.
  2. Jawa Barat.
  3. Jawa Tengah.
  4. Yogyakarta.
  5. Jawa Timur.
  6. Bali.
  7. Nusa Tenggara Barat.
  8. Nusa Tenggara Timur.
  9. Sulawesi Selatan.
  10. Sulawesi Tenggara.
  11. Maluku.

“Kemudian ada sembilan provinsi pada periode tersebut berpotensi hujan intensitas sedang. Namun (bisa menjadi) lebat, yakni Aceh, Lampung, Sumatra Selatan, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua,” katanya.

Leave a Reply

%d bloggers like this: