Fakta-Fakta Unik Saat Terlahirnya Hari Sumpah Pemuda

Teks Asli Sumpah Pemuda/Foto isubogor-Pikiran Rakyat

MSS News – Hari Sumpah Pemuda menjadi momentum sejarah bagi anak muda Indonesia untuk mengikat pesatuan yang satu dalam tiga poin utama, yaitu “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”.

Fakta kronologi terlahirnya sejarah hari sumpah pemuda sudah banyak diketahui oleh banyak orang. Dari mulai Kongres I, Kongres II, hingga akhirnya terjadinya ikrar oleh para pemuda Indonesia.

Namun, ada beberapa fakta unik yang mungkin anda lewatkan dalam terlahirnya Hari Sumpah Pemuda, berikut kami rangkum untuk anda.

1. Lagu Indonesia Raya yang Pertama Kali Diperdengarkan

Pada saat terlahirnya Hari Sumpah Pemuda, lagu kebangsaan Indonesia, yakni Indonesia Raya, yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman, pertama kali diperdengarkan saat Kongres Pemuda II.

Namun, untungnya saat itu  lagu Indonesia Raya  dianggap sebagai lagu perkumpulan biasa oleh Belanda. Bersumber dari laman Museum Sumpah Pemuda, kala itu para peserta kongres sedang duduk beristirahat setelah berpindah dari gedung Java Oost Bioscoop ke gedung Indonesische Glubsgebouw. 

Mereka beristirahat setelah mendengarkan pidato Sunario dan Ramelan Djojoadigoeno mengenai kepanduan, sembari menunggu putusan yang sedang dirumuskan oleh Mohammad Yamin.

Pada saat itulah W.R. Supratman meminta ijin untuk memperdengarkan lagu ciptaannya, Indonesia Raya, dihadapan peserta kongres.

2. Kata Merdeka dalam Lirik Lagu Indonesia Raya Diganti dengan Instrumental

Setelah mendapat izin dari para peserta kongres, WR Supratman menyodorkan lembar lirik dan partiturnya untuk diperiksa Soegondo Djojopoespito yang kala itu menjadi Ketua Kongres Pemuda II.

Soegondo terkejut ketika membaca lirik lagu pada bagian refrain lagu “Indonesia Raya” yang memuat kata “merdeka, merdeka”.

Soegondo khawatir jika lagu itu dilantunkan dengan lirik tersebut, maka menyebabkan para peserta akan ditahan.

Alhasil, Soegondo meminta WR Supratman membawakan lagu “Indonesia Raya” secara instrumental dengan biola.

Saat lagu dimainkan WR Supratman, salah seorang peserta rapat, Theodora Athia Salim atau Dolly Salim (anak perempuan Haji Agus Salim), yang sudah hapal lirik lagu “Indonesia Raya” langsung melantunkannya.

Dengan cermat dia mengganti lirik “merdeka, merdeka” dengan “mulia, mulia” guna menghindari kegiatan itu dibubarkan aparat keamanan Belanda.

3. Pembuat Naskah Sumpah Pemuda Hanya Satu Orang

Mohammad Yamin berharap Kongres Pemuda II menghasilkan sebuah kesepakatan yang berdampak luas, maka dari itu dia menulis gagasan tentang “Sumpah Pemuda”.

Dikutip Kompas.com, Jumat (28/10/2022), dia menuangkan pemikirannya ke dalam sebuah kertas.

Kertas berisi catatannya itu kemudian dia sodorkan kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres. “Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya punya rumusan resolusi yang elegan),” kata Yamin kepada Soegondo, dikutip dari buku Mengenang Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI (2003).

Rumusan itu kini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

4. Jumlah Pemuda yang Mengikuti Kongres Sumpah Pemuda

Saat itu diperkirakan jumlah peserta dari kalangan pemuda yang hadir mencapai 700 orang.

Namun merujuk pada daftar hadir hanya 82 orang saja yang tercatat dari dokumen yang tersisa.

Hal itu lantaran Kongres Pemuda tersebut diawasi Belanda dan menyita dokumen-dokumen kongres.

5. Ejaan Van Ophuijsen

Dalam naskah asli Teks Sumpah Pemuda, ejaan yang digunakan saat itu bukanlah ejaan yang kita gunakan pada saat ini.

Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk bahasa Melayu dan kemudian bahasa Indonesia pada zaman kolonialisme Belanda. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata bahasa Indonesia menurut model yang dipahami orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda.

Leave a Reply

%d bloggers like this: