Penasaran Apa Isi Otak Pembunuh Sadis? Simak Hasil Penelitiannya Disini!

Isi Otak Pembunuhan sadis

MSS News – Apakah anda pernah menduga, apa isi otak pelaku pembunuh sadis tersebut rasakan atau pikirkan dalam tindakan kejam yang mereka lakukan?

Baru-baru ini marak terjadi kasus pembunuhan di banyak daerah. Terbaru, kasus pembunuhan satu keluarga di Pekalongan yang tewas dengan diracun dengan tersangka adalah keluarga korban sendiri yaitu anak bungsu mereka.

Dalam sejarahnya, pembunuhan sudah seringkali terjadi. Baik dalam waktu zaman modern atau sejak zaman dahulu.

Dikutip dalam majalah Time, otak manusia terkode untuk perasaan welas asih, rasa bersalah, dan sakit empatik. Ini yang menyebabkan jika seseorang menyakiti sesamanya maka akan merasakan tingkat penderitaan yang dalam banyak hal sama kuatnya dengan apa yang dialami korban.

Sebuah studi dilakukan oleh para psikolog di Monash University Melbourne untuk lebih mengerti apa yang terjadi pada otak seorang pembunuh.

Untuk mempelajari bagaimana otak bereaksi ketika menghadapi pembunuhan, psikolog Pascal Molenberghs dari Monash University di Melbourne, Australia, merekrut 48 subjek/orang.

Ia meminta mereka untuk menggunakan alat pencitraan functional magnetic resonance imaging (fMRI). Alat in dapat memindai otak mereka saat mereka menonton tiga skenario berbeda yang ditampilkan pada mereka.

Skenario Pertama, seorang prajurit akan membunuh seorang prajurit musuh. Skenario kedua, prajurit itu akan membunuh seorang warga sipil. Dan yang terakhir, prajurit akan menembakkan senjata tetapi tidak mengenai siapa pun.

Dalam tiga skenario ini, semua subjek diberikan sudut pandang sebagai si penembak.

Di setiap sesi berakhir, mereka akan ditanyai “Siapa yang kamu tembak?” . Lalu diminta untuk menekan salah satu dari tiga tombol pada papan tombol yang menunjukkan tentara, warga sipil atau tidak seorang pun . Ini Cara untuk memastikan mereka tahu apa yang telah mereka lakukan.

Setelah pemindaian di otak mereka, mereka juga diminta menilai pada skala 1 sampai 7 seberapa bersalah perasaan mereka dalam setiap skenario.

Bahkan sebelum penelitian, Molenberghs tahu bahwa ketika dia membaca pindaian dia akan fokus terlebih dahulu pada aktivitas di korteks orbitofrontal. Korteks orbitofrontal merupakan wilayah otak depan yang telah lama diketahui terlibat dengan hal-hal berbau moral. Yaitu kepekaan moral, penilaian moral dan membuat pilihan tentang bagaimana caranya berperilaku baik.

Persimpangan temporoparietal terdekat (TPJ) juga mengambil sebagian dari beban moral ini, memproses rasa hak pilihan — tindakan melakukan sesuatu dengan sengaja dan karena itu memiliki tanggung jawab untuk itu.

Namun itu membuat perbedaan besar dalam bagaimana Anda nantinya memperhitungkan apa yang telah Anda lakukan.

Hasilnya, ada area lain yang disebut fusiform gyrus yang lebih aktif saat para subyek membayangkan mereka membunuh para warga sipil. Fusiform gyrus bertanggung jawab dalam menganalisa wajah, mengungkapkan bahwa para subyek sebelumnya mempelajari ekspresi para korban imajiner mereka terlebih dahulu, dalam kata lain ‘memanusiakan’ mereka.

Sedangkan saat para subyek membayangkan mereka membunuh para prajurit lawan, ada aktivitas lebih besar pada area yang disebut lingual gyrus. Yaitu sebuah area yang terlibat dalam bisnis penalaran spasial yang jauh lebih memihak.

Seperti misalnya saat ditugaskan untuk membunuh orang yang dianggap benar atau berhak untuk dibunuh.

Sebagian besar subyek mengaku merasa sangat bersalah usai menonton video tersebut.

Sehingga dapat disimpulkan, jelas bahwa ‘akar’ moral dan akar ‘saraf’ pada pembunuh benar-benar terlibat. Dengan kata lain pembunuh atau psikopat sekalipun bukanlah ‘berdarah dingin dan tak memiliki moral’, namun hanyalah bentuk reaksi yang terjadi dalam otak mereka.

Para psikolog yakin dengan memisahkan sedikit kedua ‘akar’ tersebut dapat membantu mereka dan para kriminolog untuk memprediksi pembunuh dan menghentikan mereka sebelum mereka beraksi.***

Leave a Reply

%d bloggers like this: