Pada Oktober 2022, Bank Indonesia (BI) menaikkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps). Dimana, suku bunga telah meningkat dari 125 bps menjadi 4,75 persen sejak awal tahun.
Namun, kenaikan suku bunga tidak hanya akan diberlakukan oleh BI. Karena tekanan inflasi, banyak negara di dunia juga menaikkan suku bunga secara dramatis, termasuk bank sentral AS The Federal Reserves (The Fed).
Kenaikan suku bunga BI akan mengerek bunga kredit property, dan tentunya akan menimbulkan ke khawatiran publik, terutama para pejuang Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Saat suku bunga bank sentral naik, perencana keuangan juga menawarkan saran tentang jenis instrument investasi yang bisa dilakukan.
• Reksadana
Instrumen investasi pertama yang bisa dicoba adalah reksadana, menurut Perencana Keuangan dari OneShildt Agustina Fitria. Hal ini karena reksa dana memiliki banyak pilihan yang dapat disesuaikan dengan profil risikonya. Dalam hal ini, ia menawarkan pasar uang berisiko rendah.
“Biasanya kami menyarankan untuk jangka waktu 2 tahun (relatif pendek), untuk ke produk yang risikonya lebih rendah. Misalnya produk pasar uang atau obligasi terbitan pemerintah dengan jangka waktu yang sesuai,” ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Sementara itu, untuk mereka yang bersedia mengambil risiko tinggi dapat memilih saham. Namun, yang harus diperhatikan, investasi harus dilakukan untuk jangka Panjang.
“Saham belum tentu dalam dua tahun sudah memberikan hasil, karena harga saham berfluktuasi,” imbuhnya.
• Deposito
Deposito adalah salah satu intrumen investasi yang paling memikat dalam menghadapi kenaikan suku bunga. Karena, peningkatan suku bunga di bank sentral akan meningkatkan suku bunga kredit dan deposito.
“Dengan suku bunga naik, rate bunga deposito juga akan naik. Jadi bisa dijadikan salah satu opsi,” imbuh Dandy.
• Surat Berharga Negara (SBN)
Obligasi pemerintah atau SBN merupakan instrumen lain yang bisa dijadikan pilihan investasi saat suku bunga BI naik. Karena dijamin oleh negara, yield atau imbal hasil SBN biasanya ikut terangkat menuruti suku bunga BI.
“Dengan naiknya suku bunga juga akan berpengaruh ke suku bunga government bonds yang bisa jadi pilihan berinvestasi. Ditambah dengan suku bunga yang naik jadi bisa dapat untung lebih,” ujar Perencana Keuangan dari Advisor Alliance Group (AAG) Indonesia Dandy.
• Emas
Dandy juga mengusulkan untuk membeli emas saat suku bunga di bank sentral meningkat. Hal ini disebabkan karena harga emas cenderung turun saat BI rate naik, dan besar kemungkinan akan banyak orang yang menjual emasnya saat harga sedang tinggi.
“Untuk instrumen emas bisa jadi pilihan jangka panjang, karena banyak yang sudah menjual emas yang menyebabkan harga emas turun. Jadi bisa menjadi kesempatan beli diharga diskon,” jelasnya.
• Saham
Saham bisa menjadi alternatif lain. Namun, harus mengambilnya dalam jangka panjang, karena kenaikan suku bunga biasanya mengakibatkan pasar saham tertekan.
“Saham untuk jangka panjang juga menjadi primadona. Untuk saham bisa diinvestasikan jangka panjang dengan dollar cost averaging, dan diversifikasi,” ungkapnya.
Dandy menggarisbawahi bahwa setiap instrumen investasi yang dipilih disesuaikan dengan profil risikonya. Lamanya dana atau investasi yang akan dilakukan juga harus ditentukan dahulu.
Sumber : CNN Indonesia